Yes, I am Lovable
I'm writing this in my room, laying on my bed, using my Blackberry. Thank God for what called as technology.
Beberapa jam tadi, baru saja gue sempat menangis hanya karena "seseorang". Gue akui bahwa gue adalah orang yang mudah berkecil hati jika menemukan hal yang gak sesuai ekspektasi gue. Fortunately, gue tidak suka terlarut berlama-lama meskipun kadang suka "tersentil" kembali saat tiba-tiba teringat.
Dan ketika gue berkaca-kaca di depan cermin, sambil mendengarkan lagu-lagu mellow (yang mendukung suasana) sambil membaca-baca up-date-an di jejaring sosial (baca: FB dan twitter), gue pun mulai tersenyum. Seorang teman yang memberi dukungan untuk ikut kompetisi dengan kata-kata penyemangat di wall FB, dan dia adalah orang kedua setelah sebelumnya seorang teman mengirim link formulir untuk kompetisi tersebut melalui YM (ini pun gue anggap dukungan).
Ketika kita kecewa akan seseorang yang kita harap "memperhatikan" kita, kita suka lupa ada orang-orang yang sesungguhnya peduli pada keberadaan kita di dekat mereka. Dan, gue kerap seperti itu juga.
Okay, itu satu hal yang memicu senyum berikutnya. Ya, aura positif berkembang - sesuatu yang positif berbuah hal positif pula. Kejadian selanjutnya adalah ketika gue mulai tersenyum bersyukur untuk keberadaan gue bagi sekitar.
Seseorang akan sangat berarti ketika ada saat teman membutuhkan pendengar untuk curhatnya, ada ketika teman butuh semangat dalam keterpurukannya, dan ada memberi harapan saat teman menanti kepastian,,, dan gue baru saja menjadi seseorang yang available itu malam ini untuk tiga orang teman. Keberadaan gue sesungguhnya berarti untuk teman-teman tersebut.
Kesimpulannya:
1. Memberi jauh lebih memperkaya daripada diberi, ya menyadari berarti lebih menyenangkan daripada berharap punya arti untuk orang yang belum tentu "berarti".
2. Daripada menangisi yang "gak penting", lebih baik mensyukuri ketika kita punya arti penting untuk yang lainnya.
3. Harus bersyukur bahwa ternyata kita dicintai oleh mereka yang kadang gak kita "perhitungkan" lebih bernilai daripada berharap dicintai seseorang yang gak/belum "memperhitungkan" kita di hatinya.
Thanks to friends indeed (who inspiring this post), wish I can be a friend in need for anyone who has a heart needs to be touched.
Beberapa jam tadi, baru saja gue sempat menangis hanya karena "seseorang". Gue akui bahwa gue adalah orang yang mudah berkecil hati jika menemukan hal yang gak sesuai ekspektasi gue. Fortunately, gue tidak suka terlarut berlama-lama meskipun kadang suka "tersentil" kembali saat tiba-tiba teringat.
Dan ketika gue berkaca-kaca di depan cermin, sambil mendengarkan lagu-lagu mellow (yang mendukung suasana) sambil membaca-baca up-date-an di jejaring sosial (baca: FB dan twitter), gue pun mulai tersenyum. Seorang teman yang memberi dukungan untuk ikut kompetisi dengan kata-kata penyemangat di wall FB, dan dia adalah orang kedua setelah sebelumnya seorang teman mengirim link formulir untuk kompetisi tersebut melalui YM (ini pun gue anggap dukungan).
Ketika kita kecewa akan seseorang yang kita harap "memperhatikan" kita, kita suka lupa ada orang-orang yang sesungguhnya peduli pada keberadaan kita di dekat mereka. Dan, gue kerap seperti itu juga.
Okay, itu satu hal yang memicu senyum berikutnya. Ya, aura positif berkembang - sesuatu yang positif berbuah hal positif pula. Kejadian selanjutnya adalah ketika gue mulai tersenyum bersyukur untuk keberadaan gue bagi sekitar.
Seseorang akan sangat berarti ketika ada saat teman membutuhkan pendengar untuk curhatnya, ada ketika teman butuh semangat dalam keterpurukannya, dan ada memberi harapan saat teman menanti kepastian,,, dan gue baru saja menjadi seseorang yang available itu malam ini untuk tiga orang teman. Keberadaan gue sesungguhnya berarti untuk teman-teman tersebut.
Kesimpulannya:
1. Memberi jauh lebih memperkaya daripada diberi, ya menyadari berarti lebih menyenangkan daripada berharap punya arti untuk orang yang belum tentu "berarti".
2. Daripada menangisi yang "gak penting", lebih baik mensyukuri ketika kita punya arti penting untuk yang lainnya.
3. Harus bersyukur bahwa ternyata kita dicintai oleh mereka yang kadang gak kita "perhitungkan" lebih bernilai daripada berharap dicintai seseorang yang gak/belum "memperhitungkan" kita di hatinya.
Thanks to friends indeed (who inspiring this post), wish I can be a friend in need for anyone who has a heart needs to be touched.
teman...ada dan tiada...
ReplyDelete*berharganya kita bagi teman berbanding lurus dengan kita menghargai teman*
Berbanding lurus? hmmm.. tapi tidak selamanya teman yg kita hargai menghargai kita,,,
ReplyDeleteFor me, menghargai pertemanan itulah yg berharga..
Thanks, Fietta :)