Selamat Ulang Tahun Sagitarians
Mengingat kebahagian tahun lalu saat saudara-saudariku Sagitarians yang terlahir di Bulan Desember di bawah naungan zodiak Sagitarius, mereka yang saya kenal berawal dari "Gema Damai" mengadakan sebuah syukuran kecil bersama di Rumah Damai Indonesia, tak terasa peristiwa itu genap setahun pada bulan ini, Desember 2011.
Desember 2010 |
"Setiap peristiwa ada hikmahnya", kalimat ini saya dapatkan beberapa tahun silam dari seorang senior. Maka apa yang terjadi atas kita baik sebuah kelahiran yang hari-nya diperingati setiap tahun sehingga kita sebut sebuah "Ulang Tahun" tentu ada hikmahnya. Ulang tahun bukanlah mengulang tahun yang sama, namun sebagai suatu peringatan hari kelahiran kita dan hitungan tahun yang kita telah jalani di dunia ini. Baiknya, hari ulang tahun kita menjadi suatu saat refleksi diri akan apa yang telah kita buat di dunia selama kita diberi kesempatan anugerah untuk bernafas hingga hari ini.
Setiap kita pasti terlahir dari rahim seorang Ibu. Kita bukanlah Ayam yang berasal dari telur yang ditetaskan sang induk, lalu dierami hingga menetas berubah menjadi anak Ayam. Namun rahim seorang wanita, mahkluk hidup 'termulia' yang diciptakan oleh yang Kuasa karena itu manusia diciptakan paling akhir dalam karya alam semesta, dan tinggal menikmati semua yang telah diciptakan lebih dulu, Matahari, Bulan, Bintang, tetumbuhan, ya Bumi dan segala isinya sebelum Adam dan Hawa tercipta.
Kembali ke soal Ibu. Entahlah, saya meyakini semua Sagitarians yang berulang tahun ini terlahir dari rahim sang Ibu dengan proses kelahiran normal *CMIIW*. Bagaimana rasanya melahirkan? Yang saya dengar sih "pertaruhan" hidup dan mati sang ibu. Pak Adhe yang sudah beristri dan memiliki anak mungkin yang tahu bagaimana proses sang isttri melahirkan, yang saya pikir pasti juga mendampinginya saat persalinan. Mas Adi sebagai dokter kandungan juga mungkin punya pengalaman melihat atau membantu persalinan normal. Terlepas dari segala kecanggihan teknologi persalinan masa kini, operasi caesar dan water birth yang katanya mengurangi 'seni rasa sakit' persalinan, maka salah satu kesakitan proses persalinan yang dialami seorang Ibu menjadi satu alasan kita mengenal kutipan "Surga di telapak kaki Ibu". Uni Nita, Indah, juga Iwet yang akan menikah beberapa bulan lagi tentunya berharap menjadi Ibu juga, bukan? Menjadi "pemilik surga" bagi putra-putrinya kelak. Ardi setelah menikah nanti semoga punya kesempatan juga menyaksikan persalinan sang istri. Maka, di hari jadimu sempatkanlah dirimu berdoa dan berterima kasih untuk ibu yang melahirkanmu. Bagi yang masih diberi kesempatan hidup bersama sang Ibu, temui atau hubungi dengan segala kecanggihan teknologi masa kini (telepon/ponsel) katakan "terima kasih", kata sederhana, baik hanya melalui ucapan, atau disertai tatapan teduh bahkan bila ditambah suatu pelukan niscaya merupakan sesuatu yang berarti bagi Ibunda. Untuk yang telah ditinggalkan sang Ibu, jangan berkecil hati, dari tempatmu berada yakinlah doa dari seorang anak bagi Ibu-nya akan membuatnya bahagia di alamnya kini.
Saudara-saudariku yang berulang tahun, usia kita di muka bumi ini berbeda-beda. Namun, masing-masing kita diberi kesempatan untuk memiliki kesempurnaan yang sama dibanding mereka yang tidak 'seberuntung' kita. Panca indera kita lengkap, mampu mengenyam pendidikan tinggi, tidak tinggal di wilayah konflik yang dihantui bom nuklir dan senjata api setiap saat (setidaknya sampai hari ini). Tapi, sudahkah kita mensyukurinya? Menysukuri semua nikmat tersebut tidak melulu dengan berdoa, namun melalui perbuatan nyata. Apakah dengan panca indera yang lengkap ini kita sudah berbuat maksimal untuk membantu sesama? Berbuat lebih dari mereka yang "berkebutuhan khusus"? Apakah dengan latar pendidikan yang kita miliki kita sudah berusaha membantu mereka di luar sana bukan hanya untuk tujuan mendapatkan 'materi' atau 'professional fee'? Dan, dengan nikmat hidup di negeri merdeka (terlepas dari segala "permasalahan" di pemerintahan kini), apakah kita sudah berbuat nyata dengan menjaga keutuhan, melestarikan alam tempat kita berada, melaksanakan kewajiban sebagai pemeluk agama? Saudara-saudariku kebetulan merupakan muslim/muslimah, suatu kebahagiaan sebenarnya bisa tinggal di tempat yang bisa melakukan rukun Islam dengan leluasa. Masjid dan Mushola yang tak terhingga membuat kita bisa melaksanakan sholat dengan nyaman, dan tanpa harus ketakutan dengan serangan bom seperti di beberapa negara di timur tengah, bisa memberikan zakat bagi saudara-saudara kita yang fakir dan miskin yang bahkan ada di hadapan kita, dan sebagainya. Coba ingat, masihkah kita mungkir dari kewajiban sebagai 'umat'?
"Gema Damai" tempat kita bersama-sama dipertemukan hingga menjadi rekan bahkan seperti Saudara. Tidak ada hubungannya dengan mengeluk-elukan organisasi ini atau ajang promosi (lha bukan produk komersil kan hehehe..), namun kembali ke paragraf awal di atas bahwa setiap peristiwa ada hikmahnya. Pertemanan kita lahir di Gema Damai. Terlepas dari visi dan misi organisasi ini, sudahkah di usia ini kita menjadi 'Gema Damai' bagi saudara-saudara di sekitar kita, sudahkah diri kita sendiri merasa damai? Berkenaan dengan damai ini seringkali belum kita rasakan karena masih adanya suatu yang 'tertahan' oleh sikap tidak memaafkan. Memaafkan kesalahan diri sendiri dan memaafkan perbuatan-perbuatan orang yang sengaja/tidak sengaja 'menyakiti' perasaan kita. Konon, luka fisik bisa mengering tapi luka hati bisa dibawa mati :). Mengutip kata Mohandas Gandhi, "The weak can never forgive. Forgiveness is the attribute of the strong.".
Bulan Desember adalah bulan akhir dalam setiap tahun Masehi. Akhir tahun biasa jadi waktu untuk berefleksi juga bagi setiap orang. Maka, hal-hal yang saya rangkai dalam kalimat-kalimat di atas kiranya bisa menjadi refleksi kita bersama akan kehidupan kita masing-masing. Kebetulan saja momen ini mejadi spesial karena juga Sagitarians yang berbahagia sedang memperingati hari ulang tahun. Refleksi/bercermin bukan berarti kita harus mengenang masa lalu dan hidup dalam masa lalu, namun melihat sepintas kehidupan lalu kita dan membandingkannya dengan masa sekarang. Karena kita di hari ini, kalian di usia ini seharusnya menjadi sosok yang lebih baik dari sosok yang lalu.
Jika ada kata-kata lalu saya termasuk yang mungkin tertulis di atas yang tidak berkenan saya juga mohon maaf. Saya pun sama tidak sempurna sebagai manusia. Tak berusaha menggurui, tak berarti lebih baik, apa-apa yang saya sampaikan juga menjadi refleksi bagi pribadi saya sendiri.
Jika ada kata-kata lalu saya termasuk yang mungkin tertulis di atas yang tidak berkenan saya juga mohon maaf. Saya pun sama tidak sempurna sebagai manusia. Tak berusaha menggurui, tak berarti lebih baik, apa-apa yang saya sampaikan juga menjadi refleksi bagi pribadi saya sendiri.
Mengenai zodiak Sagitarius, bukan berarti kita hidup di bawah bayang-bayang astrologi, ini hanyalah satu (katakanlah) "iseng-iseng" bukan untuk dipercaya, tapi jika berisi suatu kebaikan, bisa kita ucapkan agar menjadi doa. Jangan pernah percaya pada ramalan zodiak, itu musyrik bukan? hehe.. Jadi, konon sang Archer yang ada di dalam simbol Sagitarius adalah sosok "Centaur", mahluk setengah manusia dan berbadan kuda, yang menunjukan sebagai makhluk emosional yang penuh gairah, berani, bijaksana, dan selalu begerak maju. Kalimat barusan saya akan jadikan ucapan doa saya agar kalian menjadi mahkluk yang penuh gairah dalam berbuat kebajikan, berani membela kebenaran, bijaksana, dan bergerak maju untuk menciptakan kedamaian bagi sesama.
Selamat Ulang Tahun, Indah, Sweti, Pak Adhe, Uni Nita, Mas Adi dan Ardi. Semoga sukses dan bahagia.
Comments
Post a Comment