Save Cijulang
Mengenal (Kabupaten) Pangandaran
*Foto-foto jalanan oleh: Arsy Fajriar
Keinginan masyarakat Pangandaran, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, untuk menjadi
daerah otonom baru telah terwujud tahun lalu (2012). Rancangan undang-undang
(RUU) yang sudah disepakati DPR dan Dirjen Otonomi Daerah Kementerian Dalam
Negeri sudah 'diketok palu' pada sidang Komisi II DPR. Masih dalam masa
transisi, pembentukan Kabupaten Pangandaran baru akan diresmikan pada Juni 2013.
Diantaranya karena Pangandaran memiliki potensi industri pariwisata yang belum
digali maksimal, mendorong masyarakat untuk menjadikan daerah tersebut sebagai
kabupaten pariwisata yang berdiri sendiri, terpisah dengan Kabupaten Ciamis.
Secara geografis, Kabupaten Pangandaran, yang terletak di bagian selatan Jawa
Barat dan berada di tepi Samudra Hindia, terbagi menjadi sepuluh kecamatan,
yakni Cijulang, Parigi, Pangandaran, Padaherang, Kalipucang, Sidamulih,
Cigugur, Cimerak, Langkaplancar, dan Mangunjaya.
Beberapa destinasi/obyek wisata alam dan budaya yang menjadi kebanggaan dan
keunggulan yang kerap dikunjungi wisatawan lokal ataupun asing, seperti wisata
air di Pantai Barat dan Timur Pangadaran, Batu Hiu, Green Canyon ,
dan Pantai Batu Karas. Semua potensi tersebut dapat menjadi sumber pemasukan besar bagi pendapatan asli daerah (PAD).
Perjalanan ke Cijulang
November 2012 lalu dalam satu bulan saya dua kali mengunjungi Cijulang, sebuah
kecamatan di Kabupaten Pangandaran (d/h dikenal sebagai Ciamis Selatan).
Awal November 2012,
saya dan sepuluh orang teman untuk tujuan body
rafting di Green Canyon datang dengan minibus. Perjalanan kami dari
bundaran pintu masuk kawasan Pantai Pangandaran sampai dengan Cijulang
menghabiskan waktu sekitar setengah jam (± 30 menit), baik berangkat maupun
pulang.
Akhir November 2012, saya dan beberapa teman dari Komunitas Kami
Anak Bangsa (KKAB) dengan mobil pribadi berkunjung ke Cijulang untuk
tinjau lokasi (survey) sebuah
pesantren di Desa Kondangjajar, Cijulang. Sama seperti sebelumnya, perjalanan
kami dari bundaran pintu masuk kawasan Pantai Pangandaran sampai dengan
Cijulang menghabiskan waktu sekitar setengah jam (± 30 menit), baik berangkat
maupun pulang.
Yang tercatat oleh saya dan hasil tanya-tanya, perjalanan (yang awalnya hanya)
setengah jam tersebut melalui Pangandaran, Cikembulan, Karang Benda, Cibenda,
Cilang, Parigi, Marga Cinta, Sandaan, Garunggang dan tibalah di Cijulang.
Atas hasil tinjau lokasi November 2012, Saya bersama teman-teman KKAB kembali
ke Cijulang Februari 2013 untuk mendirikan Rumah Baca Indonesia KKAB yang ke-5
(RBI
5 KKAB) di Yayasan Pendidikan Kalangsari.
Berdasarkan pengalaman saat tinjau lokasi, kami memilih untuk bermalam di salah
satu hotel di kawasan Pantai Timur Pangandaran, dengan estimasi waktu
perjalanan ke lokasi kurang lebih setengah jam saja. Selain itu, dengan berbagi
pengalaman seru body rafting di Green
Canyon, wisata alam ini pun menjadi pilihan untuk kegiatan wisata teman-teman
KKAB sehari setelah mendirikan RBI 5 KKAB.
Nah, apa yang terjadi saat saya dan teman KKAB tiba di Pangandaran 23 Februari
pagi? Ternyata perjalanan yang kami lalui tidak semulus saat November 2012 lalu
dua kali saya melaluinya. Jalan berlubang yang cukup parah (lubang-lubangnya
cukup dalam) membuat teman-teman yang masih tertidur terbangun di perjalanan,
dan perjalanan dengan estimasi setengah jam molor
menjadi dua jam perjalanan. Bahkan, di tengah perjalanan spanduk berisi
‘jeritan’ hati warga sekitar tentang kondisi jalanan menjadi pemandangan kami.
Parahnya, perjalanan dari Pangandaran (bunderan, pantai) ke Cijulang, begitupun
sebaliknya kami lalui sebanyak 6 kali, yakni dua kali bolak balik Pantai
Pangandaran – Kondangjajar (Cijulang) dan perjalanan pulang pergi Pantai
Pangandaran – Green Canyon (Cijulang). Ada tiga kecamatan yang kami
lalui yaitu Pangandaran, Parigi dan Cijulang. Bahkan, untuk meminimalisir
melewati jalanan yang rusak kami kemudian menemukan alternatif melalui kawasan
wisata Batu Hiu, dan kami pun dikenakan retribusi untuk melewatinya. Jadi,
perjalanan Pangandaran-Cijulang kami lalui sekali jalan dengan waktu 1,5 – 2
jam dengan bis pariwisata berukuran sedang (27 seats).
Jalan Rusak, Pariwisata dan Pemerintah
Daerah
Keheranan dengan kondisi jalanan yang berbeda dari saat terakhir saya
melewatinya membuat rasa ingin tahu saya dan teman-teman. Ternyata, penyebabnya
adalah truk-truk pasir yang hilir mudik melalui jalanan tersebut. Menurut
warga, truk-truk bertonase berat tersebut membawa muatan pasir beusi dari Kabupaten tetangga (Tasikmalaya bagian selatan)
untuk diantar ke Cilacap. Meskipun bertetanga tentunya hasil dari penjualan
pasir tersebut tidak aakan dirasakan oleh warga Kabupaten Pangandaran, namun
mereka menerima getahnya berupa rusaknya jalanan utama Pangandaran – Cijulang.
Sedihnya, warga-warga jadi tak percaya pada pemerintah khususnya pemerintah
daerah Jawa Barat. Tanggal 24 Februari 2013. Saat kami ke Green Canyon, bersamaan
dengan Pemilihan Gubernur Jawa Barat, namun warga Cijulang khususnya, yang
diantaranya dikecewakan karena kondisi jalanan banyak yang memilih untuk golput. Salah satu warga yang sempat berbincang dengan
saya, berkata, “Buat apa memilih, kami kan bukan bagian dari Jawa Barat. Lihat
saja jalanan ini, bukti kami tidak diperhatikan.”.
Miris rasanya, rasa ‘dianaktirikan’ ini menjadi sikap pundung warga pada pemerintah karena tidak ada perhatian atau
upaya perbaikan terhadap kondisi jalanan yang rusak. Miris juga rasanya,
kabupaten baru hasil pemekaran yang menjagokan pariwisata untuk PAD-nya malah
kondisi jalananannya (jadi) tidak menunjang pariwisata tersebut. Sayang sekali.
Bagi saya pribadi, Green Canyon adalah salah satu aset wisata terbaik di Indonesia .
Keindahan alamnya, keunikannya (sungai air tawar di selatan Jawa Barat yang
didominasi pantai dan laut yang menuju Samudera Hindia), lengkap dengan stalaktit dan
stalakmit yang mempesona, dan konon wisata body
rafting hanya ada tiga di dunia salah satunya, ya Green Canyon .
Belum lagi destinasi wisata alam lainnya yang telah disebutkan di awal tulisan
ini. Misalnya, tidak sedikit wisatawan asing yang datang ke Batu Karas karena
ombaknya yang baik untuk surfing (berselancar). Baru Karas ini pun terletak di
kecamatan Cijulang.
Saat berisitirahat di bebatuan dalam wisata body rafting Green Canyon |
Wanda Hamidah, yang bersama KKAB turut dalam kegiatan peresmian RBI 5 KKAB dan kegiatan wisata body rafting pun ikut menyuarakan ‘keprihatinannya’ melalui sebuah tulisan berjudul “Antara Buku, Jalan Rusak danAlam Yang Indah”.
Gubernur Jawa Barat (incumbent) Ahmad Heryawan kembali terpilih bersama wakilnya aktor kawakan Dedy Mizwar untuk periode berikutnya sebagai Gubernur dan wakil Gubernur Jawa Barat. Akankah perhatiannya sampai ke selatan Jawa Barat? Akankah ada kepeduliannya terhadap perkembangan dan pemeliharaan pariwisata?
Semoga saja tulisan ini selain mewakilkan hati nurani saya juga bisa mewakilkan suara hati warga Pangandaran. Tulisan ini saya dedikasikan bagi warga Cijulang khususnya, dan semoga bisa menjadi bentuk lain aspirasi warga yang semoga juga bisa sampai (dibaca/terbaca oleh pemerintah terkait).
*Foto-foto jalanan oleh: Arsy Fajriar
Yaah begitulah. Mungkin dengan berdirinya Kabupaten Pangandaran, maka duitnya bisa lebih dibagi utk perbaikan jalan. Inget Pangandaran kok inget Cakra Khan ya....:D
ReplyDelete