8 Hal Ini Baik, Kenapa Kesal?
Entahlah, mengapa orang suka kesal dibuat hal-hal berikut? Padahal
apa-apa yang gue lakukan ini BAIK dan tidak bernilai negatif sekali pun.
- No smoking
Peringatan di bungkus rokok bukan
suatu yang ditakuti, apalagi diresapi dan ditaati. Bahkan, lihat saja orang-orang bergerombol merokok di smoking section bandara yang di dinding
kacanya tertulis ngejeblag gede “Smoking Kills”, ini kaya adegan orang
masuk buat bunuh diri secara mencicil karena kan ga langsung mati di tempat atau sekali
proses.
Kalau gue sampai mengingatkan
untuk tidak/mengurangi merokok, apalagi berkali-kali artinya orang-orang
tersebut cukup berarti. Kalau gue ga peduli sih, buat apalah gue terlalu buang
energi mengingatkan. Kecuali, bila
orang yang tidak gue kenal/sayang itu melakukan aktifitas udud di ruangan ‘bebas asap rokok’ atau di dekat anak kecil. Paling
tidak, gue lebih menghormati kebebasan orang buat minum ‘minuman keras’ karena
itu berdampak pada dirinya sendiri, ketimbang merokok yang merusak sirkulasi
udara bersih di sekitarnya.
- Tidak bisa tidak, buanglah sampah pada tempatnya!
Buat gue orang yang buang sampah
sekecil apapun dengan sembarangan (termasuk meludah) adalah JOROK! Ya, maaf
paling ga, kalau gue malas menegur langsung orang yang tidak gue kenal buang
sampah sembarangan, setidaknya mata gue reflek melotot dan melirik ke arah ‘si
jorok’. Apalagi, orang yang buang sampah dari jendela mobil mewah… gerrrr, sungguh prilaku yang tidak
mencerminkan kualitas kemoralan yang berkelas seperti mobil yang dikendarainya.
Gue memang membiasakan diri
menyimpan sampah kecil, seperti bungkus permen di saku pakaian jika tidak ada
tempat sampah. Tidak aneh juga, jika tas gue tidak jarang berisi sampah yang
siap dibuang saat menemukan tempat sampah. Gue benar-benar heran, ada
orang-orang yang dengan santainya buang sampah bekas makan/minum sambil
berjalan, di angkutan umum atau bahkan di tempat umum. Nah, anak-anak sekarang
juga kurang sadar kebersihan. Lihat saja, mereka yang suka nongkrong di gerai
seperti 711 yang menaruh sampahnya di atas meja atau membuangnya ke kolong
meja. Padahal, tempat sampah sudah disediakan.
- No texting while driving
Ini nih, yang suka bikin kesal.
Apalagi ditambah orang-orang yang seakan dibela oleh artikel-artikel yang
mengatakan bahwa (kira-kira) ‘”BBM/SMS sambil nyetir bukan penyebab kecelakaan
nomor satu.”. Please, be smart! Gue
sering dibikin dongkol jika menghadapi orang menyetir sambil ‘menulis pesan’, dan malah
menyampaikan pledoi alias ngeyel. Semahir apapun kalian menyetir
jika terjadi kecelakaan karena ‘kesalahan’ dimaksud, bayangkanlah bahwa
kemungkinan besar korbannya bukan si pelaku saja, tapi penumpang lainnya atau
pemakai jalan lainnya. Catat!
- Go green! Kurangi kantong plastik
Ini ga terlalu menyinggung
kehidupan orang lain sih karena gue menerapkannya lebih ke pribadi gue. Gue biasa
menolak kantong plastik jika membeli barang-barang di supermarket yang masih
bisa tertampung di tas gue atau barang tersebut langsung gue konsumsi atau
kenakan. Gue juga selalu membawa kantong lipat di tas gue yang bisa gue pergunakan
saat belanjaan gue cukup banyak. Sekali pun gue lupa membawa kantong, pasti gue
seminimal mungkin menggunakan kantong plastik dari supermarket (meskipun itu
kantong ramah lingkungan). Menurut gue untuk waktu yang tidak panjang, ga
bermasalah kok menaruh biskuit dalam kemasan rapat bersamaan dengan shampo dan
sabun mandi misalnya.
- Kenakan seatbelt, gunakan helm
Nah, ini terkadang orang lebih
banyak taat karena takut ditilang polisi daripada alasan keselamatan. Makin gedek jika sengaja ga pakai seatbelt dengan alasan sudah biasa, polisi
gak bakal lihat, atau malah ‘menantang’. Gue punya teman yang orangtuanya
polisi dengan jabatan lumayanlah, dan
setiap bawa mobil ga kenakan seatbelt,
malah menyarankan gue juga kalau bareng dia supaya ga pakai, tipe kaya ini ada
juga seorang teman cowok yang entahlah alasannya apa. Buat gue, orang-orang kaya begini cuma
bisa hidup di Indonesia ,
coba tinggal dan mengendarai mobil di Amerika!
Helm, ini nih yang tingkat
urgensi lebih fatal jika sampai terjadi kecelakaan. Bayangkan, kalau jatuh dan
kepala membentur benda keras. Orang pakai helm saja bisa gegar otak bahkan mati
bila terjadi benturan keras, apalagi tanpa helm. Sebenarnya gue sangat ogah kalau dibonceng tanpa helm, tapi
entahlah kadang-kadang masih suka terbujuk /terpaksa mau, dan jangan salah, gue
akan mempersalahkan diri gue sendiri kok kalau sampai dibonceng tanpa helm,
karena guelah yang punya andil memutuskan tindakan gue untuk mau dibonceng
tanpa helm.
- Trotoar yang nyaman adalah HAK pejalan kaki
Dari sekian banyak
pengendara motor yang tidak tertib, pelanggaran etika berlalu lintas yang
paling membuat gue bisa naik pitam adalah jika mereka 'menganiaya' hak pejalan
kaki dengan naik trotoar, seakan-akan trotoar adalah jalan raya atau jalan
alternatif di kala macet. Yang lebih menyebalkan, ketika sudah berjalan di
jalan yang salah pakai aksi tanpa dosa bila berpapasan dengan pejalan kaki,
atau yang kurang ajar malah membunyikan klakson bila ada pejalan kaki
menghalangi jalannya.
Bukan hanya motor, para PKL dan
pot bunga juga tidak jarang bikin gue “geleng-geleng kepala” atau “elus-elus
dada”, karena ruang berjalan gue (baca: sebagai pejalan kaki) ‘diperkosa’ oleh
mereka. Dan yang lebih menyebalkan, jika ruang berjalan saya tersebut diambil
alih, berubah menjadi parkiran motor. BENCI!
- Say no to fake stuff or “barang KW”
Ayah gue suka bilang gue ini
terlalu idealis, dalam banyak hal. Salah satunya gue tidak suka dan tidak
menggunakan barang-barang KW alias fake
branded stuff. Ya sudah sih, kalau
memang belum mampu atau ga mau beli beli barang ‘bermerek’ asli, ya ga usah
beli. Sekarang, bukan hanya barang mewah semacam Hermes dan Louis Vuitton saja
yang dipalsukan, bahkan high street
brands fashion semacam Zara pun banyak dipalsukan dan dijual secara online, bahkan oleh teman-teman gue.
Gemas!
Heran. Barang semacam Furla hand bag , yang harganya sangat-sangat
jauh di bawah Hermes saja mesti dipalsukan. Ya, si pemalsu berproduksi karena
tahu ada orang-orang macam anda-anda yang koleksi atau pakai barang-barang
palsu.
Jika kalian ga suka cinta palsu
dan ga suka dikasih harapan palsu, kenapa kalian suka barang palsu? Karena
murah? Kalau misalnya ga mampu beli Gucci, ya kenapa ga pakai Furla? Jika
masih merasa kemahalan, masih ada Charles & Keith, kalau memang sebegitu
pentingnya suatu merek. Karena sesuatu yang palsu itu, bukan bikin kita jadi
berkelas kok, malah bikin kita jadi turun kelas.Percaya, deh.
Selain produk fashion, DVD bajakan adalah hal ‘palsu’ yang banyak diminati.
Sekarang, apa loe rela punya karya semacam buku atau film, terus dijual dengan
harga miring dan tidak mendapatkan hasilnya karena yang terjual bukanlah produk
resmi? Silakan jawab sendiri.
Jadi, kalau ada orang jual barang
KW via social media semacam group di
BBM atau mengisi wall Facebook
(apalagi tag nama gue), pertama itu
sudah berpotensi bikin hang BB atau
bikin bete lihat FB, yang kedua, itu
merupakan melanjutkan tindak kriminal. Pemalsuan kan masuk tindak kriminal, apalagi ini yang
dipalsukan tersebut diedarkan dan diperjualbelikan. :p
- Menyebranglah pada tempatnya
Satu lagi, tingkah manusia yang
berhubungan dengan etika berlalu lintas yang sering dilanggar. Kali ini bukan
pengendaranya yang salah melainkan pejalan kaki. Kalau kita “makan bangku
sekolah", sepertinya sih sudah diajarkan kalau menyebrang jalan itu harus di
zebra cross atau dijembatan penyebrangan, khususnya di jalan raya. Orang yang
nekat menyebrang (jalan) di bukan pada tempatnya (bahkan tragis ada yang menyebrang jalan
di bawah jembatan penyebrangan), selain memicu kecelakaan bagi dirinya sendiri
juga memicu kecelakaan bagi pengendara lain yang berusaha menghindarinya.
Oiya, sekalian perlu diingatkan
juga bahwa jembatan penyebrangan bukanlah fasilitas yang disediakan bagi
kendaraan bermotor. Jadi, hai kalian pengendara motor carilah puteran balik, dan jangan rusak jembatan
yang didesain bagi kami pejalan kaki.
Comments
Post a Comment