Megawati
Konon Kartini lebih senang dipanggil nama saja tidak dengan gelar Raden Ajeng (berdasarkan informasi dari radio tadi pagi).
Nah, kalau di masa kini, di dunia kerja misalnya, mana ada yang dipanggil dengan sebutan gelar akademiknya semacam Sarjana Hukum dan Dokteranda (caela.. generasi masa lalu), kecuali panggilan profesi semacam dokter.
Nah, ini sama dengan Presiden perempuan pertama RI tercinta (RI-nya yang tercinta bukan presidennya hehe...), ada yang tahu gelar akademik atau kebangsaan beliau? Nah! Gelar bukan hal penting, kan? Tapi, bagaimana kita bisa menjadi manusia yang bisa BERGUNA atau DIKENANG di masa depan.
Seperti apapun penilaian masyarakat umumnya terhadap "si Ibu", dia pernah jadi Presiden Republik Indonesia yang merdeka pada tanggal 17 Agustus 1945. Jika Kartini memperjuangkan hak-hak perempuan Indonesia pra kemerdekaan, Megawati telah membuktikan bahwa di Indonesia perempuan bisa jadi Presiden. Negara adikuasa macam Amerika Serikat yang tahun ini berusia 238 tahun dan mengagung-agungkan HAM saja TIDAK PERNAH punya Presiden perempuan (sampai saat ini).
Tidak harus berkebaya seperti Kartini - gue sih hari ini pake blazer merah macam "si Ibu", (bisa dikira penggemar fanatik deh padahal gue penggemar durian)-. Tapi, buktikan kita bisa jadi perempuan yang namanya dikenal dan akan dikenang semacam Kartini, Megawati (lagi), Cut Nyak Dien, atau Rasuna Said (yang terkenal karena jadi nama jalan di kawasan Kuningan, dan sering dikira nama laki-laki).
Perempuan Indonesia bisa menjadi apa saja dan dikenal dunia seperti Anggun dan Agnez Mo atau semacam Cinta Laura yang bisa mewawancarai Robert Downey Jr kesayangan eneng #gemeeez.
Banggalah, menjadi Perempuan Indonesia.
Selamat Hari Kartini!
#biarkekinian
#mainstream
#kontempolasiperjalanankekantor
#bukananaknyasiIbu
#sukaRobertDowneyJunior
#halah
Terima kasih, ya yang sudah bersedia baca remahan pagi panjang lebar dari saya, Kartini masa kini.
Comments
Post a Comment