Elia

Ini adalah cerita tentang Nova dan Elia yang sama-sama duduk di bangku kelas enam Sekolah Dasar Kristen. Elia walaupun diberikan nama sesuai nama seorang Nabi, tetapi Ia punya kelakuan yang nakal sekali sehingga orangtua Nova melarang putrinya untuk bermain dengan Elia.

“Nova, kamu jangan suka main dengan anak begajulan seperti Elia. Namanya seperti Nabi tapi kelakuannya seperti Iblis,” begitu kata Ibunya Nova yang juga aktivis gereja. Nova yang walaupun kecil tapi bijaksana malah tetap berteman, dan dia yakin kalau Elia akan berubah dan menjadi anak yang baik. Keyakinan Nova terbukti karena Elia sering ikut Nova ke sekolah minggu untuk beribadah.

Setiap kebaikan Elia, Nova ceritakan pada Ibunya. Karena tahu betapa tidak sukanya Ibu temannya padanya, sehingga Elia selalu berusaha bersikap manis di depan Ibunya Nova.

Suatu hari Nova memberi roti dan minuman kaleng kepada Ibunya yang tampak kelelahan saat acara reat-reat, dan dengan bangga Ia mengatakan bahwa makanan dan minuman tersebut pemberian Elia. Walaupun sikapnya sudah sedikit luluh pada Elia, tapi sang Ibu tetap sedikit curiga. Saat Elia datang, dengan gaya anak kecil yang lugu, Ia berkata pada Ibunya Nova, “Tante, semoga tante suka walaupun saya hanya mampu memberikan makan siang saya kepada Tante. Sebaiknya Tante makan di dalam mobil supaya enggak terlihat Ibu-Ibu yang lain,” tentu saja sang Ibu terharu.

“Elia, terima kasih airnya manis dan rotinya lezat sekali,” kata Ibunya Nova yang mengantarkan Elia pulang sebagai ucapan terima kasih. “Sama-sama tante, persis tertulis dalam Amsal 9:17. Tante tahu kan?” kata Elia sambil melangkah dari mobil. “O ya, tentu saja,” kata Ibu yang tentu saja gengsi bila kalah pengetahuan soal Alkitab oleh si berandal Elia.

Seminggu setelah kejadian di atas, di rumah Nova diadakan kegiatan pendalaman Alkitab. Sebagai tuan rumah Ibunya Nova didaulat untuk memimpin doa makan. Karena tidak mempersiapkan terlebih dahulu, dan Ia ingin terlihat lebih paham Alkitab di depan teman-temannya, maka Ia yang beranggapan ayat di Amsal itu adalah tentang nasihat, maka Ia mengajak seluruh yang hadir terlebih dahulu membaca bersama-sama ayat yang pernah disebutkan Elia minggu lalu.

Secara bersama-sama dibacalah ayat tersebut, “Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat rasanya” , tiba-tiba Ibunya Nova seperti tersedak.

Comments

  1. Elia.. Amelia.. macam2nya mirip.. hehehe

    ReplyDelete
  2. Harusnya Kasih Nama SiLia Rait hehehe.. Tapi Bagus nih Tulisan nya, Penuh Imajinasi :)

    ReplyDelete
  3. Aq suka bagian yang ini: “Air curian manis, dan roti yang dimakan dengan sembunyi-sembunyi lezat rasanya”. Kayaknya gaya-gaya pikiran bulus seperti ini aq kenal milik siapa.. Siapa ya?? heheh

    ReplyDelete
  4. This comment has been removed by a blog administrator.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts