Bona Taon Guru Sangiang Naga Napitupulu 2010



Acara apa itu? Acara tahun baru keluarga besar Napitupulu keturunan Guru Sangiang Naga -kalo diurut-urut silsilahnya bisa panjang banget-. Dan, nyokap gue adalah salah satu bagian darinya. Jadi walaupun acara tersebut lebih tertuju bagi yang tinggal di Jabodetabek tapi beberapa pesertanya datang dari kota-kota di Jawa Barat, orangtua gue misalnya *niat banget ya*. Ya, dimaklum saja karena cukup beradat dan banyak kesibukan masing-masing, makanya pesta tahun barupun baru terlaksana bulan Maret.

Anak-anak muda zaman sekarang (pada umumnya), sudah tidak tertarik untuk mengahadari acara-acara yang barhubungan dengan adat istiadat. Kecuai acara upacara adat saudara/teman/kerabat dekat, biasanya anak muda (sebut saja gue sebagai contohnya) sangat malas ketika diajak orangtua atau menemani ke acara-acara semacam itu.

Dan, 14 Maret 2010 tadinya gue pun gak berencana menghadiri acara Bona Taon Guru Sangiang Naga Napitupulu, tapi akhirnya hadir sejak makan siang dan sampai acara berakhir sore harinya.

Tapi buat para orang tua bertemu keluarga/kerabat dekat memang adalah kegiatan menyenangkan. Padahal, dalam setahun bisa beberapa kali bersua dalam acara seperti Upacara Perkawinan misalnya. Biasanya, anak-anak yang sudah menikah hukumnya "agak wajib" untuk hadir tuh (istilahnya agak maksa).

Tapi karena Minggu yang cerah itu gue gak ada acara lain, akhirnya para sepupu gue yang sudah menikah berhasil memprovokasi gue, adik gue, dan sepupu-sepupu yang belum menikah untuk hadir emmm,,, tapi Lia (baca:gue) and the gang sampai di tempat acara tepat pas waktu makan siang *so lucky we are*.

Secara pengamatan (ya mungkin kalau ada buku acara akan tepat gue jabarkan), susunan acaranya adalah:
1. Pembukaan;
2. Kebaktian/Ibadah (karena mayoritas adalah kaum Kristiani);
3. Makan siang;
4. Lelang;
5. Tortor (dibagi beberapa sesi) dan diselingi pengocokan undian;
6. Penutupan

Manu makan siangnya tentu saja ada masakan Khas Batak Toba, selain itu ya menu nasional yang standarlah lengkap dengan dessert.

Dan, kebetulan gue beserta gang (para sepupu dan keponakan) menguasai sisi kiri tengah,, hehehe,, rombongan kami paling banyak kayanya (maklum nyokap kakak beradik 8 bersaudara *tapi yang hadir ini belum sampai setengah keturunan ompung gue lho*). Karena kami cukup kompak, cukup banyak dan akhirnya kami juga cukup berisik.

Si pemimpin lelang cukup pintar mencari uang, masa "main tembak" supaya orang kasih sumbangan. Fortunately, gue belum menikah jadi gak wajib nyumbang dong *mana ada sumbangan wajib ya? harusnya serelanya*.

Tor-Tor pertama adalah kesempatan Anak (Anak-anak pria *putra* dari Keturunan beserta istri), lalu Boru dan Bere (Anak Perempuan *putri* langsung dari Keturunan, dan anak-anaknya) dari angkatan mana saja yang pasti syaratnya sudah menikah. Nah sampai akhirnya keduanya berbaur manortor (menari Tor-Tor). Dan, sampai tiba-tiba musik berubah, tarian pun menjadi Poco-Poco. Gue heran entah darimana asalnya, tren ini sejak tahun 2000-an di pesta-pesta Batak Tor-Tor sering diselipi Poco-Poco (khususnya di Pulau Jawa) *Apa karena sudah banyak Batak-Manado yang jadi "pasutri"? LOL*. Dan para pemusik gondang Batak pasti rata-rata bisa memainkan dan mendendangkan lagu Poco-Poco dan Sajojo. Tor-Tor ini juga untuk menggalang dana. Dimana, seperti umumnya suka ada yang menyelipkan uang pada penari Tor-Tor tapi kali ini tujuannya bukan untuk pribadi tapi uang kas perkumpulan.

Lalu tiba saat anak-anak yang belum menikah (dari yang paling muda *kecuali bayi* sampai yang tertua *ketahuan deh yang masih jomblo*). Tadinya gue gak mau ikut manortor dan cuma mau "foto-foto" doang, tapi tiba-tiba saja Inangtua (Tante *sebutan untuk kakak perempuan dari nyokap*) gue berinisyatif menyuruh sepupu gue menyematkan ulos di bahu gue. Awalnya, gue tetap pada niatan awal cuma ingin mengabadikan mereka yang manortor, tapi begitu melihat sepupu-sepupu gue yang lebih tua pun maju ke dance floor dan para orang tua yang siap menyelipkan uang mulai beraksi langsung saja saya ikut barisan hahaha... FYI, untuk rombongan Tor-Tor yang ini uang selipan yang didapat masuk saku masing-masing (wajarlah kalau tidak ada nominal favorit gue disispkan *IDR 100.000*):D.

Yang penting happy, bukan? Dan satu lagi, meskipun gak berhasil dapat hadiah utama, tapi rombongan gue berhasil meraup tiga hadiah undian *lumayan*.

Wahaha,,, sebenarnya acaranya MENARIK hanya saja beberapa naposo (anak muda batak), sibuk dengan aktivitasnya dan beberapa malas untuk mau berkerumun dangan adat. Padahal pada acara-acara seperti ini mendekatkan kita dengan keluarga dan kerabat lainnya. Dan sedikit-sedikit pengetahuan adat kita juga bertambah. Kalau bukan kita sebagai komunitas adat tersebut yang menghargai, lama-lama semuanya akan pudar.

Comments

Popular Posts