Sunday Charity : Untuk Mereka yang Bergelut di Jalanan pada Pagi Hari


Minggu, 6 Februari 2011 akhirnya rencana yang tertunda dan diputuskan H-1 dalam pertemuan singkat jadi juga dijalankan.


Pertama-tama, tulisan ini tidak ada maksud untuk menyombongkan diri atau riya. Ini hanya satu dari sekian kegiatan berbagi yang biasa saya dan teman-teman lakukan. Bukan atas nama pribadi, organisasi atau kommunitas. Hanya berdasarkan suara hati dan kerinduan untuk berbagi.


Selanjutnya, tulisan ini sebagai catatan harian kami dan bermaksud berbagi pengalaman dan kebahagiaan karena kami bisa berbagi. Harapan kami, semoga teman-teman yang membacanya bisa terinspirasi dan berbuat yang lebih baik.

Dan, terima kasih kami juga untuk mereka yang menitipkan rejekinya dan mempercayakannya kepada kami untuk berbagi.


Hujan di Minggu Pagi jakarta

Waktu berkumpul yang sangat dini ditetapkan pukul 5 pagi ternyata mundur sekitar satu jam. Pagi itu hampir seluruh Jakarta diguyur hujan, kami pun baru berkumpul satu jam kemudian.

Saya mengajak serta adik saya Roy sebagai supir saya pagi itu *thanks bro*, teman baik saya Nita yang mengajak asistennya, seorang temannya (Devi), juga Yerni berkumpul di Bendungan Hilir. Saat berkumpul hujan reda sesaat, kami pun mulai perjalanan kami untuk berbagi.

Apa yang dibagi. Hanya sekotak nasi, mungkin terlihat sederhana bagi kita. Namun nasi kotak yang berisi daging Ayam dan sayuran ini menjadi sangat istimewa bagi mereka yang menerimanya dalam perjalanan kami. Mengapa? Karena mereka mendapat menu sarapan yang bisa dikatakan istimewa bagi mereka. FYI, mereka tidak setiap hari makan daging seperti kita (tentunya pengecualian bagi kaum vegetarian).

Siapa sih “mereka” yang menjadi sasaran kasih kami pagi ini? Mereka yang berjasa membersihkan jalanan di pagi hari yakni para penyapu jalan khususnya, dan para pemulung.

Bagi orang-orang yag tidak pernah keluar pagi, dan bagi orang-orang yang masih kurang kesadaran atas kebersihan (masih membuang sampah sembarangan) mungkin tidak akan akrab dengan sosok para penyapu jalanan ini. Mereka yang berjasa membuat pemandangan bersih dari serakan sampah di pagi hari (karena siangnya banyak tangan-tangan jahil lagi yang mengotorinya), dan tak peduli dinginnya pagi bahkan rintik gerimis mereka lewati untuk menjalankan tugasnya setiap hari.

Pemulung.. ya miris memang Negara yang katanya (dalam konstitusi) memelihara fakir miskin dan anak-anak terlantar benar-benar memelihara dalam arti harafiah *dibiarkan berkembang*, maka tak heran banyaklah fakir yang bekerja sebagai pemulung untuk kelanjutan hidupnya. Dari gelas/botol minuman, kardus bekas hingga benda-benda lain yang kira-kira punya daya jual di penampungan. Tak sedikit dari mereka yang mulai mengais rejeki pada saat kebanyakan orang masih tertidur, ada juga yang justru baru tertidur setalah semalaman berkeliling.


Sekotak Nasi Untuk Mereka yang Bergelut di Jalanan pada Pagi Hari

Pagi itu 100 kotak Nasi kami bagi ke dalam dua mobil. Saya, Roy, dan Yerni, jalan bersama, tim lainnya Nita dan Devi.

Sebelum kami berangkat pun sudah ada beberapa pemulung yang lewat dan mendapatkan paket Nasi Kotak kami. Dan kami pun berkelilingg Jakarta Pusat, Tanah Abang, Wahied Hasyim, Hasyim Ashari dan sekitarnya.

Sampai di tengah perjalanan langit Jakarta kembali mencurahkan air hujan. Kami cukup sedih melihat mereka yang pagi-pagi buta bekerja di hari Minggu. Sementara kami sendiri mungkin pada hari Minggu lainnya malah masih tertidur di balik selimut, apalagi saat hujan seperti pagi ini.


Sebagian dari penerima “Kotak Kasih” kami sedang bekerja, ada pula yang sedang menepi karena hujan, beberapa juga ada yang masih bersiap untuk beranjak dari tempat tinggalnya di kolong jembatan layang. Ada pula yang berlari-lari dari bawah jembatan, juga yang mengejar kami begitu tahu teman-temannya mendapat kotak nasi.



Huff... saya sering menghembuskan nafas lirih, dan tak henti-hentinya bersyukur untuk kecukupan yang saya dapat apalagi dibandingkan mereka.

Doa-doa dari mereka untuk kami saat menerima kotak sarapan kami amini dan merupakan suatu pemberian yang kami syukuri karena doa mereka yang berkekurangan semoga saja terkabulkan.

Kami juga tidak menghujat atau menyesali hujan karena secara tidak langsung membuat kami sedikit kepayahan, sebaliknya harus tetap mensyukurinya. Tuhan pasti punya rencana indah dibalik rahmat hujan itu.

Saat hujan itu para penyapu jalan menepi, dengan kotak sarapan dari kami di tanggannya mereka tampak menikmati dan mensyukurinya. Bahagia bisa melihat mereka menyukai apa yang kami bisa bagi.

Sayang sekali karena selain hujan yang semakin deras, dan kami pun ada cara lain yang harus segera dihadiri hingga tidak bisa bercengkrama dengan mereka.

Hikmahnya, Nasi Kotak (menu Ayam) mungkin biasa dan harganya pun mungkin tak seberapa bagi kita. Tapi menu seperti nasi kotak yang bisa kita makan tiga kali sehari itu, bahkan mungkin sudah tidak menarik karena banyak menu-menu restoran atau di mall yang bisa dipilih dan dinikmati, itu hanya dapat dinikmati dalam waktu-waktu tertentu saja oleh mereka, bahkan sangat istimewa bagi mereka. Tidak setiap pagi mereka bisa sarapan nasi, apalagi dengan lauk ayam dan sayur. Perlu diketahui tidak setiap pagi juga mereka bisa sarapan.

Biaya untuk berkotak-kotak nasi kotak itu bisa kita habiskan dalam waktu singkat, tetapi ketika berubah jadi bentuk nasi kotak dengan kasih dapat mengenyangkan dan membahagiakan jiwa-jiwa di jalanan pada pagi hari.

Teman, ini hanya kisah berbagi nasi kotak. Banyak bentuk kasih lain yang dapat kita bagi. Mulailah menengok di sekitarmu, kesampingkan semua alasan. Saat engkau dengan sukacita bangun pagi hari di hari Minnggu, bisa berbagi dengan sesama, mendapat balasan senyum dan doa, maka tak akan ada yang sia-sia dari perbuatan itu.

Comments

Post a Comment

Popular Posts