Kecelakaan Motor Marak Menyakitkan

Seminggu terakhir gue ‘dihantui’ dengan kecelakaan lalu lintas yang berhubungan dengan motor. Siapa yang setuju dengan gue kalau banyak pengendara motor sekarang ini yang ugal-ugalan? Gue rasa banyak yang ngacung sebagai tanda setuju.

Pagi ini saja gue kembali dibuat kesal dua kali oleh pengendara motor, pertama saat menyebrang jalan pada waktu lampu lalu lintas menyala merah yang artinya semua kendaraan yang melintas harus berhenti di belakang zebra cross dan gue malah jadi terhenti-henti saat menyebrang jalan karena banyak motor khususnya yang malah semakin menambah kecepatan motornya supaya bisa melintas ‘lampu merah’ atau motor-motor yang maju sampai melewati Zebra Cross, dan kedua saat gue berjalan di trotoar dan tak sedikit motor malah melintas di trotoar, menguasai jalan yang harusnya jadi milik gue sebagai pejalan kaki pada kesempatan itu.

Akhir pekan lalu (15/1) di satu pertigaan di kota Medan saat lampu (lalu lintas) merah gue bersama adik gue dan suaminya, juga keponakan yang sudah mahasiswi dari dalam mobil menyaksikan kecelakaan motor di depan mata disebabkan pengendara yang satu menerebos lampu merah dengan kencang dan pihak lainnya melawan arah, maka dalam kasus ini keduanya salah. Ipar gue sempat bilang kecelakaan itu bisa jadi terjadi ketika kita sudah berhati-hati tapi pihak lain yang salah menyebabkan kita ikut celaka. Nah, omongan ipar gue itu malah mengenai dirinya keesokan harinya.

Ipar gue cukup berhati-hati dalam berkendaraan. Senin pagi, Harpan, adik ipar gue mengendarai motor pergi ke kantor, tiba-tiba seorang anak SMA yang ugal-ugalan menabrak dari belakang, akibatnya Harpan pun menjadi korban kecelakaan selain si anak SMA yang ­sok-sokan itu pastinya.

Motor Harpan tidak separah rusaknya motor anak sekolah yang menabraknya, tapi kondisi Harpan lebih parah daripada si penabrak. Menurut adik gue, saksi di TKP bilang Harpan terseret hampir setengah kilometer. Puji Tuhan, masih selamat dan tidak ada pendarahan. Helm yang dikenakan Harpan lecet namun masih melindungi kepalanya, gak terbayang kalau tanpa helm pasti pelipisnya sudah lecet tak tertara, sepatu Harpan lepas yang menyebabkan luka dalam di mata kakinya, belum lagi tangannya bahkan ada jari tangan yang patah. Adik gue, Kristin cerita bahwa dia gak tahan lihat suaminya menahan sakit, apalagi saat dibawa ke tukang urut hari itu juga karena ada tulang kaki yang terkilir.

Oh iya, gue pun sempat naik becak motor di Medan dengan keponakan (Reni), karena habis menyaksikan kecelakaan membuat kami paranoid dengan jalanan. Saat becak kami mau belok kanan banyak motor-motor yang tidak mau memberi jalan dan akhirnya kami terpaksa mengarah putar balik lalu mundur ke belakang.

Pengendara motor bermasalah ini adalah masalah cukup serius *IMO* . Kecelakaan motor sudah banyak membawa korban bahkan sampai meninggal. Kalau sempat tahu tentang Valia Rahma, artis dan presenter ini meninggal setelah sempat koma akibat kecelakaan motor, dan dia hanya dibonceng oleh adik iparnya pada saat memasuki sebuah hotel, naas ada motor dari arah berlawanan menabrak motor yang dikendarainya, ia menggunakan helm namun tak tertolong karena luka mengenai otak dalam.

Jumlah motor yang berlalu lalang di jalanan sangat-sangat banyak. Gue gak tahu jumlahnya tapi jumlah fantastis ini dikarenakan juga betapa mudahnya orang-orang memiliki motor. Bayangkan! Bahkan ada kredit motor yang diawali hanya dengan pembayaran down payment Rp. 500.000,-. Nah, mudahnya mendapatkan motor dan banyaknya motor matic menambah jumlah pengendara motor dan beberapa pengendara instan. Gue yakin pasti kita pernah menemui pengendara motor yang masih canggung, padahal motor tersebut matic.

Masalah lain yang cukup serius adalah pengendara motor yang tidak cukup usia. Saat mengetahui ipar gue ditabrak anak SMA, gue tanya adik gue apakah anak itu punya SIM dan cukup usia? Kadang-kadang kita menggampangkan soal ini. Kematangan dalam berkendaraan itu penting. Maka sebaiknya tes-tes saat mengambil SIM itu janganlah hanya sebuah formalitas belaka. Banyak yang tidak mengerti rambu dan etika berkendaraan. Kembali ke soal usia, gue suka ngeri sendiri kalau melihat anak-anak mengendarai motor, anak usia SMP bahkan SD. Mereka pada umumnya memang tidak ke jalan raya besar tapi tetap saja berbahaya, apalagi seing gue temui anak-anak itu tidak mengenakan helm dan bonceng tiga bahkan lebih.

Mungkin kita sulit menegur orang lain. Harapannya agar polisi lalu lintas yang bertugas untuk lebih tegas. Gue sendiri selalu memulai dari diri sendiri. Gue gak suka dengan motor yang melintas di trotoar maka haram bagi gue untuk dibonceng (karena gue gak bisa mengendarai motor sendiri) di atas trotoar. Hal lainnya gue memang pernah diboceng tanpa mengenakan helm, oke ini gak bakal terjadi lagi. Kalau soal lawan arah dan ngebut gue pasti gak sepakat dengan ini. Mengutip jargon iklan sebuah produk, "kalau kamu?".


Safety is a cheap and effective insurance policy.  ~Author Unknown~

Comments

Popular Posts