Ketika Suatu Angka Bertambah (Part I)

Sedikit sulit untuk mulai menulis. Suasana hati yang seharusnya bahagia utuh (malah) diliputi beberapa gundah dan kegelisahan. Ini hanyalah sebuah tulisan pembuka. Sebuah preambule. Rangkaian huruf yang menjadi kata-kata dalam kalimat-kalimat.

Melewati pukul 12 malam mengawali 20 November 2012. Sendiri. Meskipun, di rumah (Tebet) ada seorang sepupu dan seorang pembantu yang sudah berada di kamar masing-masing.

Awalnya ada keinginan untuk melalui detik-detik pertambahan usia tahunan di tempat lain (bukan di rumah). Malam menjelang sebuah anual yang bernama ulang tahun sebenarnya saya berada di luar (rumah), dan ketika melintasi Tebet Raya ingin sekali menyendiri menanti pergantian hari di Pisa Cafe Tebet. Tetapi tak ada buku sebagai rekan malam itu, juga baterai kedua ponsel yang sudah tidak akan bertahan lama karena perlu diisi ulang, maka tebengan taksi dari seorang teman saya nikmati sampai taman Tebet Utara II dilanjutkan berjalan ke rumah. Sampai di depan rumah dan setelah mengacak-acak isi tas untuk menemukan kunci namun rupanya tidak terbawa membuat saya akhirnya harus berjalan lagi menuju tempat nongkrong masa kini bernama 7 Eleven untuk menanti adik yang akan membukakan pintu rumah dengan kunci miliknya. "Be careful what you wish for" salah satu petikan favorit saya, dan itu terjadi. Ketika saya memang sangat ingin mampir untuk ngopi, meskipun akhirnya tanpa buku, bukan di kafe yang saya pilih sebelumnya, dan tidak sampai berganti hari.

Kembali ke detik-detik ulang tahun. Sebelum jam 12 malam sudah ada ucapan selamat ulang tahun masuk melalui BBM, saat itu saya masih sibuk bersih-bersih dan bersiap masuk ke kamar tidur. Lalu saat memasuki kamar, bunyi tanda BBM masuk semakin sering. Ponsel GSM saya pun berbunyi dan voila seorang teman yang mengakui dirinya sendiri sebagai teman yang sombong dan biasanya selalu lupa ulang tahun saya justru menjadi suara nyata pertama (walau di balik telepon) yang mengucapkan selamat dan doanya untuk saya.

Tak satupun BBM yang saya coba buka untuk beberapa saat. Saya duduk di dekat tempat tidur, berdoa, mensyukuri usia baru dan memohon untuk pengabulan beberapa harapan.

Tak ada orang tua, tak ada saudara kandung, tak ada sahabat di sekitar. Dan pastinya kali ini tak ada kejutan ulang tahun di malam hari kerja, (mungkin sudah tak bisa lagi berskenario karena setiap rencana kejutan yang pernah ada selalu bisa saya 'baca'). Bertambah dramatis dengan gejolak di perut yang malam itu membuat saya harus tiga kali ke kamar mandi.

Akhirnya satu persatu BBM yang sudah masuk mulai saya balas setelah melewati pukul 1.00 sambil mendengarkan pujian Hillsongs dari daftar main di BlackBerry saya. Sampai kantuk tak tertahan dan saya pun tertidur.

Jam empat pagi, adzan subuh belum terdengar melainkan ponsel saya yang berbunyi. Ternyata Mama yang menelpon kemudian berganti suara adik bungsu saya mengucapkan selamat dan doa untuk saya.

-- pembuatan tulisan ini tersendat beberapa saat karena harus menjawab beberapa panggilan telepon yang beberapa kali berbunyi --

Sebenarnya hari ini sama seperti hari-hari lainnya. Namun, memperingati hari kelahiran merupakan suatu saat kita sering menggolongkannya lebih istimewa. Ingin diperhatikan lebih atau ingin mengucapkan doa yang (seakan-akan) lebih didengar. Hari kita mengamini ketika banyak yang mengenal kita mengucapkan doa berisi harapan-harapan baik untuk si yang berulangtahun.

Saya sendiri yang entahlah, karena terlalu peduli terutama terhadap sahabat dan saudara mampu mengingat banyak hari ulang tahun tanpa perlu alat pengingat seperti facebook reminder. Saya juga yang suka utuk menunjukan perhatian saya dengan menyampaikan ucapan selamat dan doa tepat waktu. Ya, doa bukan hanya dari sms atau ucapan yang keluar dari mulut tapi doa yang disampaikan sebagaimana doa bagi seorang penganut agama seperti saya.

Sebagai manusia pastinya ada sedikit kekecewaan ketika ekspektasi kita meleset. Mengharapkan orang-orang tertentu untuk paling tidak mengingat hari ini tanpa harus karena diingatkan oleh ucapan-ucapan lain yang masuk lebih dahulu ke linimasa media sosial ataupun alat pengingat semacam yang saya jelaskan sebelumnya. Terlebih beberapa hal menguji kesabaran saya hari ini. Pekerjaan dan lambatnya koneksi internet yang memperlambat pekerjaan. Juga ada hal-hal yang tak perlulah saya bagikan di sini. Tidak ada yang tahu, kecuali sudah membaca tulisan ini bahwa saya sempat menangis sesegukan di toilet kantor.

Satu yang membuat saya mendapat tambahan bahagia adalah ketika tidak mendapat penolakan dari PMI untuk berdonor hari ini. Beberapa tahun terakhir saya ingin memperingati ulang tahun saya dengan donor darah. Sayangnya tahun lalu sempat saya harus menunda seminggu niat saya karena HB rendah.

Satu hal di antara beberapa hal yang membuat saya sedikit mellow hari ini adalah ketika saya menetapkan diri untuk merelakan atau melepaskan sesuatu karena menyadari ini bukan kesempatan saya untuk menggenggam. Silakan menafsir, saya tak akan berkomentar.

Tak ada yang perlu saya sesalkan. Saya bersyukur meski ada yang belum tercapai, tak mengurangi sedikit pun rasa syukur saya. Terlebih, hati ini juga sebenarnya diliputi lara perang Palestina-Israel. Mereka, yang berkabung di Gaza, jangankan untuk curhat di blog seperti saya, setiap tarikan napas adalah satu syukur besar. Maka, saya tidak pantas untuk merasa kekurangan apalagi menggerutu dengan bermacam "rasa merdeka" yang saya miliki saat ini.

--waktu sudah menunjukan pukul 17:20, sudah bisa mulai berbenah untuk meninggalkan kantor--

Bersambung

Comments

  1. Lia, selamat ulang tahun ya! Semoga makin baik hari demi hari.. Terimalah ucapan spesialku di blog yg spesial ini. :)

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular Posts